Bismillah.
Tiada kata yang patut untuk kita panjatkan kepada Allah selain doa dan syukur kepada-Nya karena sampai hari ini Allah masih berikan kepada kita taufik untuk mengenal Islam dan mengamalkannya sesuai kemampuan kita; tentu dengan segala kekurangan yang ada pada amal dan hati kita, kita pun mohon ampunan kepada Allah atasnya.
Saudaraku yang dirahmati Allah, datangnya bulan Ramadhan tentu menjadi kabar gembira bagi setiap muslim di berbagai penjuru bumi. Walaupun hari-hari ini kita masih terliputi dengan pandemi dan dampaknya, semoga Allah mengampuni dosa kita dan menjadikan sabar sebagai penghias hati dan perilaku kita. Karena tidaklah seorang hamba diberikan anugerah yang lebih baik dan lebih utama dibanding kesabaran.
Kita diperintahkan untuk beribadah kepada Allah, bukan karena Allah butuh kepada ibadah dan amalan hamba. Akan tetapi kita hanya bisa meraih kebahagiaan dan keselamatan apabila kita tunduk beribadah kepada-Nya. Janganlah kita mengira bahwa ibadah itu untuk kepentingan Allah. Justru kita yang memerlukan ibadah itu sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meraih kecintaan-Nya.
Dalam beberapa ayat al-Qur’an Allah menegaskan bahwa Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Allah mencintai orang-orang yang sabar. Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan/kebaikan dan kedermawanan. Allah mencintai orang-orang yang senantisa bertaubat dan gemar menyucikan diri. Bulan puasa mengajarkan kepada kita untuk menjadikan Allah sebagai Dzat yang paling kita cintai. Kita tidak boleh menyekutukan Allah dalam ibadah dan kecintaan yang paling dalam. Dengan cara itulah seorang akan bisa merasakan manisnya iman.
Disebutkan dalam hadits sahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga hal yang barangsiapa mendapatinya niscaya akan merasakan manisnya iman; apabila Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selain keduanya, apabila dia mencintai seseorang tidaklah dia mencintainya kecuali karena Allah, dan dia benci kembali kepada kekafiran sebagaimana benci apabila dilemparkan ke dalam kobaran api/neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kecintaan kepada Rasul adalah konsekuensi dari kecintaan kepada Allah. Bukan berarti kita boleh menyembah atau menujukan ibadah kepadanya. Sebab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun telah menegaskan, “Hak Allah atas segenap hamba adalah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Di dalam al-Fatihah kita selalu mengikrarkan bahwa tidak ada yang kita sembah selain Allah dan hanya kepada Allah kita memohon pertolongan. Di dalamnya terkandung prinsip tauhid dan tawakal. Kita menujukan ibadah -apa pun bentuknya- kepada Allah; karena hanya Allah yang menciptakan kita dan memberi rezeki kepada kita. Kita pun memohon bantuan dan pertolongan dari Allah; karena Allah Rabb seluruh alam semesta. Kita wajib menyandarkan hati kepada Allah, tidak bertawakal kepada makhluk-Nya. Selain itu, dalam beribadah tidak mungkin kita bisa menunaikan kewajiban dan perintah kecuali apabila mendapatkan bantuan dari Allah…
Oleh sebab itu kita diajari untuk berdoa memohon bantuan kepada Allah agar dimudahkan dalam berdzikir, bersyukur dan melaksanakan ibadah dengan bagus. Sebagaimana dalam doa yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu. Doa itu berbunyi ‘Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatika’… artinya : Ya Allah bantulah aku untuk berdzikir kepada-Mu, mewujudkan syukur kepada-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu…. Hal ini menunjukkan betapa besar kebutuhan kita kepada bantuan Allah…
Begitu pula dalam menjalankan ibadah puasa. Kita selalu membutuhkan bantuan Allah. Betapa banyak orang yang sehat secara fisik tetapi tidak menjalankan ibadah puasa. Bukan karena mereka safar atau sakit, tetapi karena Allah tidak berikan taufik untuk mengikuti ajaran Islam. Sungguh beruntung seorang hamba yang Allah berikan kemudahan dan kesadara untuk beramal untuk negeri akhiratnya, dan sungguh merugi orang yang tidak mau tunduk kepada perintah dan larangan Allah bahkan lebih memperturutkan hawa nafsu dan bisikan setan…
Saudaraku yang dirahmati Allah… siapakah kita sehingga kita merasa berjasa kepada Allah? Apakah kita yang menciptakan langit dan bumi? Apakah kita yang menumbuhkan tanam-tanaman? Apakah kita yang meniupkan ruh ke dalam janin? Apakah kita yang menciptakan udara yang dihirup oleh manusia? Apakah kita yang menciptakan matahari dan bulan? Apakah dengan sholat, puasa dan sedekah lalu kita mengira kita telah berhasil membayar sekian milyar dan trilyunan nikmat yang Allah berikan kepada diri dan keluarga kita?!
Ya Allah Ya Rabb… kami mengakui dosa-dosa kami, kami mengakui kelemahan dan segala aib diri dan perbuatan kami. Ampunilah kami, berikanlah taufik kepada kami untuk mengikuti ajaran-Mu dan petunjuk nabi-Mu.. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. ً Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Redaksi www.al-mubarok.com